Selasa, 28 Juli 2009

pemabuk,bukit dan onani

Bau nafas tak sedap keluar dari mulut seorang pemabuk

Bapakku dan kakekku sering mengingatkanku

Agar aku jangan mendekati pemabuk itu

“nanti kamu bisa seperti dia”kata bapak ku

“kelak kamu masuk neraka” kata kakek ku

Tapi memang aku orang yang bandel

Sewaktu bapak dan kakek ku pergi ke sawah untuk mencangkul

Aku menghampiri pemabuk itu

Sebenarnya aku takut, kata orang dia pernah membunuh, memperkosa, menculik, bahkan merampok

Tapi kaki kecil ku memaksaku dan menyeret ku tanpa ragu-ragu

Pemabuk itu melihatku dengan mata yang merah seperti mata naga

Dengan botol minuman di sampingnya dia terus melihat ku yang semakin dekat

Pemabuk itu memelototi ku

Jantung ku berdetak kencang, lutut ku gemetar hebat

Tapi kaki kecil ku terus menyeretku

Sampai aku duduk di samping pemabuk tadi

Matanya sayu, merah

Kepalanya oleng ke kanan-ke kiri kadang berputar

Tetapi posisi duduknya tidak berubah

Aku terus memandanginya dengan bola mata yang berbinar-binar ingin tahu

“mau apa adik kesini, mau mati, atau di sodomi” kata pemabuk tadi

Aku tersenyum geli, sambil menggumam “siapa yang mau mati dan apa arti di sodomi”

Melihat ku tersenyum, tiba-tiba pemabuk tadi menawarkan minumannya kepada ku

“adik mau mencicipi minuman ini”

Akupun mengangguk pelan

Lalu ia menuangkan minumannya kedalam gelas plastik bekas air kemasan

Tanpa ragu ku teguk minuman itu

Aku terkejut, ternyata hanya air putih

Ku habiskan segelas air putih itu, lalu kutuang sendiri, ku minum lagi sampai habis

Dan tak sabaran aku minum dari botol langsung

Setelah perut ku kembung aku berhenti

Semenit kemudian aku merasa kepala ku pusing

Perutku mual, dada terasa panas

Mungkin aku mabuk

Lalu aku bertanya kepada pemabuk tadi

“air apa ini”

Pemabuk tadi tersenyum, lalu berkata

“Itu bukan air putih biasa, tapi air mata bumi, air mata langit, air mata malaikat, air mata setan, Yang kuramu hingga seperti ini”

Lalu aku bertanya lagi

“Kenapa bisa memabukkan”

Pemabuk tadi tiba-tiba muntah, tapi yang keluar dari mulutnya adalah darah

Lalu ia kembali tersenyum, Cuma kali ini agak lebar

“Cuma orang yang suci dan hati yang murni bisa mengerti”

Aku bertanya lagi

“Kenapa kakak membunuh, kenapa merampok, kenapa memperkosa, kenapa menculik”

Kulihat pemabuk tadi mengerutkan dahinya, lalu bilang

“Aku membunuh karena bumi ku di bunuh”

“Aku merampok karena negara ku di rampok”

“Aku memperkosa karena wanita ku di perkosa”

“Aku menculik karena karena aku kesepian, lelah dan sedih”

“Nanti adik pun akan seperti ku

Duduk dan mabuk dengan ramuan yang dibuat adik sendiri”

Setelah berkata-kata tadi, pemabuk itu tertidur tapi sambil tersenyum

Mungkin bahagia karena sejenak melupakan dan meninggalkan dunia

Aku langsung berlari karena takut

Aku takut

Takut membayangkan bahwa aku akan merasakan apa yang pemabuk itu rasakan

Aku menjerit sambil menangis

Mencari bapak dan kakekku

Aku memeluk bapakku, Aku memeluk kakekku

Erat sekali sampai bapakku heran

“Kamu kenapa, ada yang mengganggumu”

Aku Cuma menggeleng

Lalu kelepaskan pelukanku

Aku berjalan menuju sebuah bukit yang terjal

Dari bukit itu terlihat hutan, laut, sawah, rumah, kota, dan manusia

Hutan itu akan hilang, Lalu Laut itu akan murka , Sawah itu akan hilang, Lalu rumah itu akan beranak, Kota itu akan sesak, Lalu manusia itu akan mati

Aku kembali menangis

Kuambil bibit pohon lalu kutanam

Ku ambil pasir lalu kulemparkan ke laut

Ku ambil bibit padi lalu kusemai

Ku ambil palu godam, ku hancurkan rumah itu

Ku ambil Pagar bambu lalu ku kelilingi kota itu

Ku ambil kitab ku lalu ku tamparkan pada setiap manusia yang kutemui

Sehabis itu aku naik lagi keatas bukit tadi

Aku onani

Lalu sperma ku, ku masukkan kedalam botol

Ku kubur, supaya ada dewi dari khayangan yang menemukannya

Dan menanamkan dalam rahimnya

agar generasi setelahku tidak bejad, bermoral dan bernyawa

Setelah itu Aku terjun dari bukit itu, menabrak batu-batu

Aku sekarat

Lalu ku lihat pemabuk tadi mendekat

Mengajakku terbang

Entah kemana

Yang pasti aku bisa melihat dunia dari atas

aku puas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar